Rabu, 28 November 2012

Upacara HUT PGRI ke 67 SMA Negeri 42 Jakarta Senin, 26 November 2012 Oleh Slamet Priyadi


Ibu Hj. Hartini M.Pd dan Guru-guru SMA Negeri 42 - http://mgmpseni42.blogspot.com

SENIN, 26 NOV. 2012 - DENMAS PRIYADI BLOG:  Cuaca di sekitar linkungan Halim Perdanakusuma, tepatnya di SMA Negeri 42 Jakarta  pagi itu cukup cerah. Dan, pada pukul 6.30’00 WIB upacara dalam rangka memperingati hari ulang tahun PGRI yang ke-67 tahun dimulai. Drs Slamet Priyadi dan Dra Sekarlita selaku pembawa acara, dengan suaranya yang lantang bergema di lapangan tanda Upacara HUT PGRI ke-67 dimulai.
Pemimpin upacara dipercayakan kepada Drs.H.Zainuri  yang memimpin jalannya upacara dengan baik. Adapun Pembina upacara adalah Hj. Hartini M.Pd. Dalam materi pidatonya beliau menekankan agar seluruh siswa SMA Negeri 42 betul-betul mengutamakan apresiasi karakter siswa yang terkristal dalam visi dan misi SMA Negeri 42 yaitu berprestasi baik IPTEK maupun IMTAQ, berwawasan lingkungan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa.
Selesai ibu Hj. Hartini menyampaikan pesan-pesan pidatonya, berkumandang lagu Terima Kasih Guru oleh kelompok paduan suara SMA Negeri 42 sebagai musik ilustrasi untuk acara ucapan selamat hari ulang tahun PGRI ke-67 yang dilakukan oleh seluruh siswa kepada bapak dan ibu guru SMA Negeri 42. Dalam kesempatan ini juga dibacakan pembacaan puisi pendidikan oleh Liko Sukhoi siswa kelas X-7.

Hj. Hartini M.Pd - http://mgmpseni42.blogspot.com
Selesai upacara, para siswa berphoto bersama demikian juga  bapak dan ibu guru. Dalam kesempatan ini ibu Hj. Hartini M.Pd membuat suasana semakin meriah dengan melantunkan suaranya, menyanyikan beberapa buah lagu dengan iringan keyboard Joko Novarianto S.Sn.
 
HUT PGRI Ke 67 - http://pembelajaranseni.blogspot.com

Joko Novarianto S.Sn - http://pembelajaranseni42.blogspot.com

Kelompok Paduan Suara SMA Negeri 42 - http://mgmpseni42.blogspot.com
SLAMET PRIYADI - http://denmaspriyadi.blogspot.com
Slamet Priyadi
Tepat pukul 9.15.00’ guru-guru beristirahat kembali ke ruang guru sedangkan seluruh siswa kembali ke kelasnya masing-masing.
Acara berikutnya adalah ucapan selamat bagi guru-guru yang berulang tahun. Acara ini dipandu oleh ibu Hj. Hartini M.Pd di ruang guru. Setelah itu para wali kelas mengabsen siswa binaannya di kelasnya masing-masing. Acara HUT PGRI ke-67 pun selesai. Happy Birthday Guru!
Sukses Selalu buat Ketua PGRI SMA Negeri 42 Jakarta, Mr. I Gusti Ngurah Dwaja!!!
                   

Selasa, 27 November 2012

National scene: Ex-Muhammadiyah chief promotes pluralism The Jakarta Post | National | Wed, November 21 2012, 10:22 AM

Mantan Ketua Muhammadiah, Syafii Maarif

SELASA, 27 NOV. 2012 - DENMAS PRIYADI BLOG: Jakarta: Former Muhammadiyah chairman Ahmad Syafii Maarif is calling on the organization’s younger generation to promote pluralism and respect other’s religious beliefs.

Maarif called on supporters of Muhammadiyah, the nation’s second-largest Islamic social group, to live in peace with non-Muslims. “Nothing is wrong with interacting with the followers of Hinduism, Catholicism, Buddhism, Protestantism or Kejawen,” Maarif said at a discussion to mark the 100th anniversary of Muhammadiyah. Kejawen is a system of traditional Javanese beliefs.

According to Maarif, Muhammadiyah is a big tent and should be active in promoting pluralism. “Being a big tent is not just a slogan, but has to be practiced in life,” Maarif said as quoted by Antara.

Maarif’s call comes after religious conflicts have occurred in several parts of the nation, including the fatal attack on minority Shiite Muslims by majority Sunnis in Sampang, Madura, and discrimination against the rights of Christians to hold divine services in legally sanctioned churches.

Terjemahan :
Nasional scene: Mantan Ketua Muhammadiyah Mempromosikan Pluralisme
The Jakarta Post | Nasional | Wed, 21 November 2012, 10:22 / A-A + A

Jakarta: Mantan Ketua Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif menyerukan kepada generasi organisasi muda untuk mempromosikan pluralisme dan menghormati keyakinan agama lain.

Maarif meminta pendukung Muhammadiyah, terbesar kedua kelompok sosial
umat Islam, untuk hidup damai dengan non-Muslim. "Tidak ada yang salah dengan berinteraksi dengan para pengikut Hindu, Katolik, Budha, Protestan atau Kejawen," kata Maarif pada diskusi untuk menandai peringatan 100 tahun Muhammadiyah. Kejawen adalah sistem kepercayaan tradisional Jawa.

Menurut Maarif, Muhammadiyah adalah sebuah tenda besar dan harus aktif dalam mempromosikan pluralisme. "Menjadi tenda besar bukan hanya slogan, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan," kata Maarif seperti dikutip Antara.

Seruan Syafii Maarif itu muncul setelah konflik agama telah terjadi di beberapa bagian negara, termasuk serangan fatal pada minoritas Muslim Syiah mayoritas Sunni di Sampang, Madura, dan diskriminasi terhadap hak-hak orang Kristen untuk mengadakan kebaktian di gereja-gereja ilahi hukum sanksi.
                     

Senin, 26 November 2012

Kemdikbud Selenggarakan Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Masjid Rabu, 21/11/2012 - 07:44


Mendiknas Muh. Nuh - http://pembelajaranseni.blogspot.com
Mendiknas, Muh. Nuh
JAKARTA, (PRLM).- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun ajaran 2013/2014 akan menyelenggarakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berbasis masjid. Kegiatan ini menggandeng Dewan Masjid Indonesia (DMI) dengan melakukan pendampingan dan pengembangan mutu layanan PAUD kepada masjid-masjid di seluruh Indonesia.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menuturkan bahwa penyelenggaraan PAUD membutuhkan fasilitas yang besar. Menurut Mendikbud, sarana ibadah seperti masjid, gereja, dan pura dapat dimanfaatkan untuk menyelenggarakan PAUD.

“Rumah-rumah ibadah tidak 24 jam dipakai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pendidikan terutama PAUD,” kata Nuh seusai melakukan penandatanganan kesepahaman bersama dengan Ketua DMI M. Jusuf Kalla tentang penyelenggaraan program PAUD di masjid-masjid seluruh Indonesia, berlangsung di Gedung Kemdikbud, Senayan, Jakarta, Selasa (20/11/12).

Sebagaimana siaran pers yang diterima “PRLM” di Jakarta, Selasa (20/11/12), Mendikbud mengatakan, tugas kementerian bukan semata-mata sebagai penyelenggara pendidikan tunggal. Pihaknya mendorong partisipasi dari masyarakat. “Akar pendidikan itu tidak ditumpu oleh faktor pemerintah saja, tetapi masyarakat juga, sehingga basisnya lebih kuat,” katanya.

Nuh menjelaskan, tidak semua masjid akan digunakan untuk PAUD. Kriterianya, kata dia, setidaknya masjid memiliki halaman dan ada ruang yang bisa digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Setelah memenuhi syarat kemudian dikeluarkan izin.

“Secara legal disiapkan dalam waktu enam bulan (mulai) pertengahan Juni 2013. Institusi penyelenggara PAUD harus resmi dan calon guru dilatih secara khusus,” katanya.

Adapun pendanaan penyelenggaraan PAUD dilakukan bersama-sama antara Kemdikbud dan DMI. Kerja sama yang sama juga akan dilakukan dengan komunitas Nasrani, Hindu, dan Budha. “Yang kita dorong anak-anak dari keluarga menengah ke bawah,” katanya.

Sementara itu, Ketua DMI M. Jusuf Kalla mengatakan, masjid dan pendidikan tidak dapat dipisahkan. Menurut dia, hampir semua masjid ada unsur pendidikan, baik pendidikan agama dan pendidikan Alquran.
Masjid, kata dia, mempunyai perguruan tinggi dan sebaliknya lembaga pendidikan mempunyai masjid. Dia menyebutkan, jumlah masjid di Indonesia hampir 800 ribu, termasuk mushola dan surau.

Dijelaskan, dengan PAUD di masjid berarti sejak awal anak ada di masjid, maka jiwa keagamaan akan lebih baik.

“Mudah-mudahan dengan kerja sama ini akan meningkatkan modal pendidikan keagamaan dan keimanan anak-anak kita,” tuturnya. (A-94/A-108)***
Mr Slamet Priyadi - Minggu, 25/11/2012 - 03:52

Komentar

SLAMET PRIYADI

Apa pun itu, asal tujuannya baik saya sih mendukung saja. Memang harus kita akui di era globalisasi teknologi infformasi sekarang ini, kemajuan di berbagai bidang kehidupan semakin tak terkendali yang sudah barang tentu, jika kita tidak pandai-pandai menyikapinya, tentu akan berdampak negatif bagi perkembangan jiwa, mental dan spiritual anak. Dengan program PAUD yang berbasis masjid sebagai sarana dalam proses pembelajaran tentu akan lebih mengakrabkan anak pada aktivitas religius yang ke depan Insya Allah akan membentuk jiwa anak ke arah yang positif. Semoga!

ridwan - Rabu, 21/11/2012 - 09:01 


Penyelenggaraan PAUD BERBASIS MESJID, Bagi saya selaku masyarakat awam kok heran. PAUD yang diselenggarakan oleh POSYANDU, RT, RW bahkan desa yang berjalan sekarangpun masih jauh dari standar minimal kelayakan, kesannya asal-asalan yang penting dapat bantuan. Sekarang ada lagi Program Baru, kok kayaknya semudah itu. Kenapa tidak lebih mengefektifkan lembaga-lembaga PAUD yag Ada seperti TK-RA-BA DLL. Setidaknya sarana, gurunya sudah pada layak. Kalau memang tujuannya untuk memperbaiki jiwa keagamaan anak, kan ada madrasah2 yang menyelenggarakan PAUD, tinggal dorong/maksimalkan.
CIK KUMAHA SARAN-SARAN, PENDAPAT TI DULUR-DULUR?


Sabtu, 24 November 2012

Libur Sabtu Bikin Anak Jepang Bodoh Penulis : Josephus Primus | Jumat, 16 November 2012 | 17:56 WIB


Denmas Priyadi - http://pembelajaranseni.blogspot.com - FORUM GURU SENI BUDAYA


KOMPAS.com — Kritik membangun justru datang dari politisi. Di Osaka, Jepang, para politisi mengecam kebijakan pemerintah kota lantaran menghapus hari masuk sekolah pada Sabtu. Beleid itu sendiri dicoret sejak Maret 2001.
Menurut Wali Kota Osaka Toru Hashimoto, libur Sabtu justru membuat mutu pendidikan anak-anak terancam melorot, alias anak-anak tak bertambah pintar.

Menurut warta Kyodo pada Jumat (16/11/2012), kritik para politisi itu
ujung-ujungnya menuai hasil. Pemerintah Kota Osaka akhirnya meneken kembali pemberlakuan masuk sekolah tiap Sabtu. Sebagai percontohan, realisasi itu diterapkan pada lima sekolah dasar di kota yang kehidupan warganya bergaya Barat tersebut. Kelak, pada April 2013, semua siswa tingkat sekolah dasar dan menengah bakal wajib masuk sekolah tiap Sabtu. Tak tanggung-tanggung, Wali Kota Osaka Toru Hashimoto pun memasukkan program masuk sekolah kembali pada Sabtu sebagai salah satu program politiknya. Baginya, libur Sabtu justru membuat mutu pendidikan anak-anak terancam melorot, alias anak-anak tak bertambah pintar. "Libur Sabtu meningkatkan aktivitas negatif anak-anak," katanya.

"Penting, guru-guru mesti memberikan yang terbaik bagi anak-anak, kapan pun," imbuhnya.
Pemerintah Kota Osaka berencana menularkan kebijakan masuk sekolah kembali pada Sabtu ke seluruh Jepang. Sementara itu, Pemerintah Kota Osaka juga tengah meracik materi pelajaran pada Sabtu, mulai dari pendidikan pencegahan bencana alam, olahraga, dan latihan-latihan. 

Editor :
Josephus Primus