Sabtu, 04 Januari 2014

Tradisi Potong Jari Masyarakat Papua


Budaya Nusantara – Sabtu, 04 Januari 2014 16:43 WIB


Tradisi potong jari masyarakat Papua
Indonesia memang memiliki beragam budaya, mulai dari musik , pakaian, adat istiadat, rumah,dll.Bahkan disetiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing.Kali ini beberapa tradisi yang mewakili keanekaragaman budaya Indonesia yang unik dan mungkin hanya ada di Indonesia...kita simak yuuk GAINERS....artikel dibawah ini Yaitu "TRADISI POTONG dari PAPUA"

Menangis, mungkin itu yang lakukan saat kita didera kesedihan. Namun, berbeda dengan masyarakat Papua pedalaman, mereka memotong jari mereka sendiri untuk menunjukkan rasa kesedihan mereka. Terdengar sadis memang, namun itulah salah satu bentuk kekayaan budaya kita.

Bagi mereka, tradisi ini disimbolkan sebagai bentuk kesedihan yang mendalam akan kehilangan anggota keluarga yang meninggal. Semakin banyak kita melihat warga Papua pedalaman memotong jarinya maka dapat diartikan telah banyak pula anggota keluarga yang mereka cintai telah meninggal dunia.

Bahkan, masyarakat terdahulu Lembah Baliem, sebuah lembah pegunungan yang cukup terkenal, pernah ada tersingkap kasus dimana seorang ibu yang memotong jari anaknya yang baru lahir dengan cara menggigitnya karena ingin menghilangkan “kesialan” yang selama ini menderanya. Ia percaya dengan ia memotong jari anaknya maka kesialan yang selama ini ia alami dapat hilang.

Sumber:
GAIN Indonesia
23 November 2013

Kamis, 02 Januari 2014

Semua Dewa Keturunan Adam



Wayang Islami – Rabu, 01 Januari 2014 WIB

Sanghyang Wenang
Dalam silsilah wayang yang bukan berasal dari kitab Adiparwa, manusia pertama kali adalah Nabi Adam. Hal ini sebagaimana dituturkan Padmosukoco yang dipetik dari kitab para pujangga zaman dahulu. Uraiannya adalah sebagai berikut,

Tersebutlah dalam buku-buku karangan para pujangga pada masa dahulu, bahwa yang menurunkan segenap dewa-dewa di Suralaya dengan segala titahnya di Marcapada adalah, Nabi Adam dan Dewi Hawa. Hal ini sebagaimana yang tertulis dalam buku:

1.       Paramayoga dan Pustakarajapurwa:
Keturunan Adam urutannya sebagai berikut: Adam – Sis – Anwas dan Anwar – Nurrasa – Wenang – Tunggal – Ismaya – Wungkuhan (Jagad Wungku, Bongkokan) – Smarasanta (Semar).

2.       Serat Kanda:
Adam – Sis – Anwas dan Anwar –Nurrasa – Wenang – Tunggal (Semar) – Sabu (Betara Guru). Ada pun Manikmaya adalah Iblis bernama Idajil.

3.       Mahabarata (Astadasapurwa):
Para Dewa terjadi dari pecahan telur gaib, Antiga Maha dwipa yaitu Brahma. Antiga Maha dipa inilah asal Hyang Brahma, Hyang Prajapati, Hyang Pracetas dan Hyang Daksa. Para Hyang atau Dewa yang sepuluh itu kemudian menurunkan para dewa-dewa yang lain, para bidadari, manusia, kera, raksasa.

4.       Menurut buku-buku atau cerita pedalangan:
Silsilah para dewa yang kemudian menurunkan wayang-wayang / manusia sebagai berikut: Istri Adam bernama Hawa, mempunyai anak banya sekali, kembar lelaki perempuan. Hanya Sis yang tak kembar. Adam dan Hawa itulah yang menjadi asal-usul manusia di dunia. Maksudnya Adam menurut serat Kanda*) anak yang tampan dijodohkan dengan putrinya yang tidak cantik. Hanya Kabil seorang yang membangkang dengan keputusan ayahnya, Nabi Adam.

Kabil yang berwajah tampan ini protes pada ayahnya agar ia dijodohkan dengan saudaranya yang cantik yang diberikan pada adiknya, Habil. Akan tetapi karena itu sudah menjadi keputusan, permintaan Kabil ditolak.  Kabil merasa sangat kecewa dengan ayahnya, ia iri pada adiknya dan nafsu jahat merasuk  jiwanya, maka ia pun membunuh  Habil  dan istri Habil diambilnya. Akhirnya Kabil menjadi murid Iblis Idajil yang bernama Manikmaya. Dengan demikan menurut Serat Kanda, Manikmaya bukanlah Batara Guru. Dari perkawinannya ini Kabil memiliki putra bernama Dabil dan Daliyah. Sis menurut serat Ambiya**) beristrikan Dewi Mulat yang melahirkan dua anak yaitu, Anwas dan Anwar. Anwas menurunkan para nabi sedangkan Anwar menurunkan para Dewa, pendeta, dan para raja. Tentu saja keturunan Anwar itu semuanya adalah manusia biasa.***)

Demikianlah silsilah asal-usul  pewayangan.  Jelasnya menurut cerita pedalangan para Dewa-Dewa, Raja-Raja, dan manusia lainnya adalah keturunan Adam.  Cerita pedalangan ini tertulis dalam serat Ambiya. Dalam serat tersebut diuraikan tentang asal-usul kejadian dunia beserta isinya, terutama para Nabi-Nabi.

Tentang terjadinya dunia dituturkan bahwa pada awalnya Allah menciptakan cahaya lalu mengental menjadi sesotiya atau barlian, kemudian menjadi air, buih. Buih ini pada akhirnya menjadi bumi dan menjadi langit ke tujuh. Adam kemudian menurunkan para nabi, dewa, raja,  manusiayang  lainnya, dan seterusnya.****)

Setelah terdahulu kita membahas pengertian wayang, macam-macam wayang, asal-usul wayang dan perkembangan wayang purwa, maka dapat kita simpulkan:

·         Ada dua macam pengertia wayang, yaitu wayang yang berarti “bayang-bayang”, dan wayang yang berarti “bayangan pikiran”.
·         Macam-macam wayang tidak kurang dari 13 macam, dan wayang purwa merupakan salah satu di antara dari yang 13 macam itu
·         Sumber isi lakon cerita wayang Purwa diilhami oleh Kitab Ramayana dan Mahabarata berbahasa Jawa kuna yang tentu saja diambil dari kitab Ramayana dan Mahabarata berbahasa Sansekerta(India).
·         Baik silsilah maupun ceritanya, sudah banyak berubah dari aslinya bahkan banyak cerita-cerita baru seperti, Batara Guru dan dewa-dewa merupakan keturunan Adam sehingga tidak lagi dianggap syirik, menyekutukan Tuhan dalam cerita pedalangan.
·         Ujud wayang Purwa kulit seperti yang sudah ada itu adalah asli ciptaan asli Indonesia yang dirubah dan disempurnakan oleh para wali penyebar agama Islam pada sekitar awal berdirinya kerajaan Demak.
·         Sebelum era kerajaan Demak, fungsi wayang (Beber) hanya untuk keluarga raja, sedangkan pada masa era Demak wayang kulit digunakan sebagai media da’wah Islam dan menjadi kebudayaan rakyat.

Catatan:
*) Serat Kanda yang ditulis pada zaman Kartasura
**) Menurut Prof. Dr. R.M Ng. Poerbotjaroko. Serat Ambiya cerita Arab, masuknya ke Jawa sekitar akhir masa kerajaan Mataram.
***) Padmasukatja, Wayang Purwa Sarasilah Mawa Sesuluh, hal. 1-2
****) Prof. R.M. Ng. Poerbotjaroko, Kepustakaan Jawi, hal. 122

Jakarta, 7 Desember 1981
Penulis :
Drs. H. Effendi Zarkasi   

Posted:
Drs. Slamet Priyadi
Pangarakan, Bogor


Rabu, 01 Januari 2014

Suatu Ketika di Malam Tahun Baru by Slamet Priyadi

Kembang api warna-warni hiasi langit biru di Malam Tahun Baru
Suatu Ketika di Malam Tahun Baru
Karya: Slamet Priyadi
 Saat sendiri dalam kamar yang gelap gulita
Mesu diri ‘ngeraga sukma lepaskan jiwa dari raga
Kembara ke seluruh negeri naik Rajawali
Tunggangi Garuda Pancasila sakti
Yang menjadi pedoman diri dalam memcari jati diri
Menjadi sejatinya manusia, manusia sejati
Maka terbanglah aku ke angkasa raya
Melanglanglang buana dengan gagah perkasa
Kepakkan sayap seluas jagad membuka selimut pertiwi,
Penutup segala geraknya kehidupan masyarakat di bumi
Saat malam tahun baru rayapi semua kota-kota di Nusantara
Dari Sabang di Sumatra hingga sampai Merauke di Papua
Aku tundukkan kepala menatap ke bawah
Saksikan manusia di semua kota yang begitu melimpah ruah
 Sambut tahun baru dengan berbagai macam hiburan yang meriah
Bermewah-mewah meski habiskan biaya miliaran rupiah
Suara mercon, dentum petasan, terompet, dan klakson  kendaraan
Terasa begitu memekakkan telinga kiri dan kanan
Warna-warni kembang api di angkasa adalah keindahan
Seperti lukisan-lukisan yang ada di gedung-gedung pameran   
Di hotel-hotel mewah para hidung belang
berasyik-masyuk dengan wanita-wanita jalang
tak peduli seberapa banyak keluarkan uang
yang penting gelora birahi tersalurkan dengan lapang
Sementara di tempat-tempat hiburan
Saat kelompok musik beraksi di panggung lapangan
Para pencopet gerayangi saku celana, curi dompet penonton
yang tak sadar asyik bergoyang nikmati musik sekarang
Para polisi tak tampak lelah sibuk mengatur lalu lintas di jalan
yang begitu padat dengan beribu-ribu macam jenis kendaraan
berseliweran di antara manusia yang berjubel berdesak-desakkan
bahkan ada yang saling senggol, saling sikut bahkan kentut
sementara pedagang terompet sedikit memaksa jajakan dagangan
mereka saling bersaing harga-harga dijatuhkan
padahal malam masih merayap perlahan di perut malam
Gegap gempita malam tahun baru memang menggema di segala penjuru
Lupakan sejenak dari haru biru segala masalah yang  membelenggu
Dari kasus-kasus korupsi yang belum terungkap
yang dilakukan oleh para manusia bermuka rangkap
Meski berilmu dan berpendidikan tinggi, tetapi bisanya hanya minteri
Selalu cari siasat agar selamat dari kasus hukum yang menjerat
dialah para politikus, tikus-tikus yang bersifat tamak dan rakus
dialah para penegak hukum yang suka memalak dan mengaum
dialah para pejabat bejat, yang suka mengerat uang rakyat
yang pandai merubah diri, merubah wajah, dan mahir berargumentasi
Sementara di desa-desa terpencil masih banyak masyarakat kecil
 yang hidupnya melarat tak memiliki tanah, tak memiliki rumah
apa lagi untuk menggarap kebun dan sawah  
bertahan hidup hanya dari hutan bambu dekat pondoknya yang mungil
  hanya dari hasil karyanya membuat kerajinan bambu yang dijual
dengan berjalan kaki berpuluh kilometer jaraknya dari pondok menuju pasar
jika malam hari tak ada penerang hanya pelita kecil
yang sumber apinya diolah dari buah jarak karena tak sanggup beli minyak
Begitulah sisi kehidupan di negeri ini
Negeri yang konon katanya kaya, subur makmur, aman dan sentosa,
Negeri yang gemah ripah loh jinawi, indah bagaikan zamrud di khatulistiwa
 yang tongkat kayu dan batu bisa menjadi tanaman
Namun kenyataannya, perbedaan hidup
begitu nyata antara si miskin dan si kaya
Sementara rasa persatuan antar sesama tak jelas arahnya
Terkoyak oleh peristiwa-peristiwa perang antar warga
Perang antar suku, bahkan antar agama
Belum lagi tawuran  pelajar yang menjadi tradisi dari tahun ke tahun
Semoga di tahun dua ribu empat belas ada perubahan yang meluas
Di seluruh Nusantara, di Negara Kesatuan Republik Indonesia
Semoga...

"Tahun Baru 2014"
Karya: Slamet Priyadi
Gegap gempita itu ceriakan perut malam
kembang api warna-warni saingi cahaya kemintang
sinar keindahan yang terang benderang
hiasi akaca, cerahkan birunya langit yang  membentang
bagai lukisan atma putih gita pertala 
sambut tahun baru dua ribu empat belas dengan suka cita
lewat bait puisi delapan baris ini, aku ucapkan salam kata
Selamat Tahun Baru 2014, semoga Indonesia ‘kan tetap jaya!
 
Bumi Pangarakan, Bogor
Rabu, 01 Januari 2014 15:54 WIB
SP091257

Denmas Priyadi Blog: "INILAH KARYAKU": Suatu Ketika di Malam Tahun Baru by Slamet Priyadi...: Kembang api warna-warni hiasi langit biru di Malam Tahun Baru Suatu Ketika di Malam Tahun Baru Karya: Slamet Priyadi   Saat ...