Selasa, 25 Februari 2014

Ganti Aliran Musik, ADA Band Lebih Laku di Pentas Seni Sekolah



Sabtu, 15 Februari 2014 10:23 WIB/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO

ADA BAND PENTAS DI KANTIN KOMPAS GRAMEDIA (KG) - Ada Band, grup musik Indonesia yang digawangi oleh Suriandika Satjadibrata, Donnie Sibarani, Marshal Surya Rachman dan Aditya Pratama, Rabu (22/5/2013) menghibur karyawan dan karyawati Kompas Gramedia yang sedang makan siang di Kantin Kompas Gramedia, Palmerah Jakarta. (TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)


Laporan Wartawan Tribun Timur : Hajrah
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Donny ADA Band mengungkapkan kelompok musiknya saat ini mulai sibuk meladeni berbagai undangan manggung di pentas-pentas seni (pensi) yang digelar di sekolah- sekolah.

Kata dia,  setelah mengusung konsep musik berbeda, band nya pun memiliki image baru di dunia musik tanah air.

Menurut Donny, walau di awal-awal banyak yang kurang sepakat dengan metamorfosa bandnya namun sejak awal niatnya memberikan sentuhan berbeda dengan lebih memperkaya penampilan.

"Kami ketiban rejeki dari acara pensi-pensi sekolahan setelah konsep baru dan ini anugerah,"kata Donny disela-sela penampilannya di Liquid Grand Clarion Hotel  Makassar  Sabtu (15/2/2014)dini hari tadi.


Kamis, 20 Februari 2014

"Bakti Seni" Patung Abu Vulkanik Untuk Korban Gunung Kelud



Kamis, 20/02/2014 - 19:34
TOK SUWARTO
TOK SUWARTO
DOSEN ISI Surakarta Aries BM saat membuat patung keramik dari abu vulkanik Gunung Kelud di studio keramik ISI.*
SOLO, (PRLM).-Melimpahnya abu vulkanik Gunung Kelud yang terpapar di Kota Solo, memberi inspirasi kepada seniman yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Arie Budi Marwanto. Dia bersama belasan mahasiswa ISI Program Studi (Prodi) Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) memanfaatkan abu vulkanik tersebut untuk bahan baku patung keramik. Aries Budi Marwanto yang akrab dipanggil Aris BM mengungkapkan kepada wartawan di studio keramik ISI, Kampus Mojosongo, Solo, Kamis (20/2/14), dia akan membuat patung-patung keramik dengan bahan baku abu vulkanik untuk aksi sosial. Dia menamakan aktivitasnya tersebut "Bakti Seni", yakni melalui pameran karya seni kriya keramik yang dia buat dan hasilnya disumbangkan kepada korban erupsi Gunung Kelud.
 
"Kami di ISI memiliki kemampuan menciptakan karya seni dengan memanfaatkan abu vulkanik. Itu yang mendorong kami untuk berkontribusi membantu korban erupsi Gunung Kelud," ujarnya.

Menyinggung penggunaan abu vulkanik sebagai salah satu bahan baku keramik, Aries menjelaskan, di dalam abu vulkanik terdapat 70% kandungan silika. Bahan itu pada suhu di atas 1.000 derajad Celsius dapat melelah dan biasanya dipakai sebagai bahan baku kaca. Menurut pematung dosen ISI itu, dalam pembuatan keramik pada umumnya juga digunakan silika glasir sebagai bahan campuran tanah liat. Silika inilah yang setelah tanah liat dipanaskan akan meleleh dan menutup pori-pori sehingga memunculkan efek tekstur pada keramik.
 
"Dalam proses pembuatan keramik juga digunakan silika. Abu vulkanik merupakan anugrah Tuhan yang luar biasa, karena 70% merupakan silika. Itu penjelasannya kenapa abu vulkanik dapat digunakan sebagai campuran bahan baku keramik," tandasnya.

Ketika Aries bersama belasan mahasiswa membuat adonan bahan baku keramik, mereka mencampurkan abu vulkanik pada tanah liat jenis clay dengan komposisi 40% abu dan 60% tanah liat. Dia membuat keramik bakar tersebut dengan teknik keramik raku yang dikatakan sangat cocok untuk karakteristik debu vulkanik. Keramik raku, sambung Aries, dalam proses pembentukannya membutuhkan kerangka yang kuat dan tahan terhadap suhu kejut. Proses pembuatan keramik raku di awali dengan membakar keramik dalam suhu yang sangat tinggi. Dalam keadaan panas, keramik dikeluarkan, lalu dimasukkan ke dalam wadah berisi bahan-bahan alam dan diberi suhu kejut agar timbul efek warna alaminya yang indah.

''Pembuatan keramik raku, kalau hanya dengan bahan baku tanah liat biasa akan pecah. Tetapi dengan menambahkan abu vulkanik tidak pecah, bahkan bahan silika memberi efek warna bagus,'' lanjut Aries BM.
Dosen ISI yang didukung sejumlah alumni dan para mahasiswa itu, selama seminggu sampai 27 Februari 2014 mendatang akan membuat patung keramik sebanyak-banyaknya. Rencananya, pada 28 Februari sampai 1 Maret 2014 hasil karya mereka akan dipamerkan dan dilelang di "Kepatihan Art Space". Hasil penjualan seluruhnya akan disumbangkan kepada para korban erupsi Gunung Kelud.
 
''Ini adalah bakti seni. Kami ikut peduli kepada korban erupsi Gunung Kelud dengan cara kami. Sebab abu vulkanik adalah anugerah Tuhan yang harus dimanfaatkan,'' ujar Zulfian Ibnugroho, mahasiswa semester VIII Prodi Kriya Seni pendukung aksi tersebut (Tok Suwarto/A-89)***

SENI BUDAYA

Jumat, 14 Februari 2014

Festival Batobo 2014 Bangkitkan Budaya Baserah di Kalangan Muda


Basogha Art Culture Community menggelar Festival Batobo 2014. Festival yang mengangkat budaya Baserah ini, mendapat sambutan baik dari generasi muda Kuantan Hilir.

Selasa, 11 Pebruari 2014 19:00 - Riauterkini-TELUK KUANTAN - Basogha Art Culture Community menggelar Festival Batobo 2014 di halaman Kantor Camat Kuantan Hilir, kemarin.

Sebanyak 85 murid TK, SD, SMP, dan SMA se-Kecamatan Kuantan Hilir mengikuti kegiatan yang dimulai Jumat hingga Minggu (7-9/2/2014) itu. Kegiatan yang ditaja Basogha Art Culture Community ini menggelar dua jenis perlombaan, yakni Lomba Baca Puisi dan Lomba Peragaan Busana.

Ketua Pelaksana Festival Batobo 2014 Alan Oktarianus mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan untuk membangkitkan kembali semangat kedaerahan yang mulai memudar akibat modernisasi yang tumbuh cepat di antara generasi muda Baserah.

“Kami sengaja memilih tema Baserah agar anak-anak muda Baserah kembali mengingat budaya dan menumbuhkan kebanggaan mereka terhadap Baserah,” ucapnya.

Yogy Gusfiardi, mahasiswa asal Baserah yang juga menyaksikan Festival Batobo ini mengaku bangga terhadap panitia penyelenggara karena mau mengangkat budaya-budaya Baserah yang mulai ditinggalkan oleh anak-anak mudanya.

“Saya sangat senang dengan kegiatan ini, apalagi ini mengangkat budaya Baserah. Kalau tidak kita yang mengangkat siapa lagi,” ujarnya.

Di kesempatan terpisah, Adam Sukarmis, yang juga sempat menghadiri pembukaan Festival Batobo 2014 mengatakan, kegiatan seperti ini patut diapresiasi karena masih ada pemuda yang tergerak untuk mengangkat budaya asal mereka.

“Saya bangga terhadap pemuda-pemuda Kuantan Singingi khususnya para pemuda Baserah yang peduli akan kebudayaan mereka sendiri,” ujar Adam.

Koordinator Basogha Art Culture Community Orie Marsontio berharap dengan adanya kegiatan ini, seluruh pemuda dapat menunjukkan kreativitas mereka terhadap seni dan budaya Baserah.

“Kedepan kami akan kembali menggelar kegiatan serupa, tetapi akan ditingkatkan menjadi kegiatan berskala kabupaten,” ujarnya.***(dri)