Forum Guru Seni Budaya
Minggu, 31 Januari - 10:36 WIB
Apa hubungan antara
daya apresiasi seni terhadap kecerdasan kita? Ia berpengaruh terhadap
optimalisasi otak kita, terutama pada wilayah yang berhubungan dengan
imajinasi. Nancy Beal dan Gloria Bley Miller dalam The Art of Taeching Art to Children menyebutkan bahwa kegiatan seni
sangat baik untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak-anak. Konsenstrasi,
koordinasi, dan gerakan tangan anak pun terlatih. Tidak hanya itu, anak juga
memperoleh pengalaman untuk mengembangkan daya visualnya.
Anne Reyner, M.A,
dalam Seven Good Things for You to Know
About How TheArts Help Children Grow, memaparkan bahwa seni dapat mengembangkan
kemampuan dan kreativitas anak secara maksimal. Lebih lanjut Reyner menyatakan
bahwa aktivitas seni melatih otak kiri dan kanan. Aktivitas seni akan
merangsang otak kiri yang berhubungan dengan kemampuan membaca, menghitung dan
pemecehan masalah. Secara bersama-sama aktivitas tersebut pun akan melatih otak
kanan untuk mengembangkan kreativitas, intuisi, dan visualisasi. Karena itu,
tingkatkanlah apresiasi seni anda.
Sejumlah pakar
menjelaskan bahwa daya apresiasi seni yang dimiliki seseorang mampu
mengorganisakan pola-pola neuron di seluruh otak, terutama yang berkaitan
dengan kreativitas. Barangkali dalam hal inilah kita menemukan kaitan bahwa sebagian
besar penemu-penemu besar, dalam potongan hidupnya, ditemukan kenyataan bahwa
mereka merupakan apresiator seni yang baik. Tidak terkecuali para ulama dan
cendikian Muslim. Bacalah buku-buku yang ditulis para generasi salafus-saleh. Anda
akan menemukan untaian sajak yang berserak di dalam halaman-halamannya. Mereka menjadikan
karya sastra sebagai pemantik semangat dan sumber inspirasi yang menggugah.
Sayangnya, selama
ini bidang seni terkesampingkan. Sekian periode seni dalam Islam dipandang dari
paradigma fikih yang tertutup dan kaku. Ia dianggap malalaikan dan cenderung
sebagai bid’ah yang harus dijauhi.
Padahal, ketika
peradaban Islam barada pada puncak kejayaannya, kesenian berkembang pesat. Ibnu
Thufayl (wafat 1185 M) adalah seorang dokter, filosof, dan penulis novel-novel
filsafat paling awal. Risalah Hary bin
Yaqzan merupakan karyanya yang banyak dijiplak/diplagiat (termasuk oleh
penulis Barat), tetapi jarang diakui. Karya-karya serial pertama dan
ensiklopedi pertama sebenarnya bukan diprakarsai oleh Marshall Cavendish, tetapi
oleh Ikhwan Ash-Shafa sekitar 983 M.
Jadi, segarkan
pikiran Anda dan haluskan perasaan Anda dengan karya sastra yang bergizi. Umar bin
Khaththab pernah menjelaskan, “’alimu
aula dakum bisyâr.” Ajari anak-anakmu bermain syair. Membaca karya sastra
mampu memperluas imajinasi sekaligus daya apresiasi kita. Pilihlah buku-buku
sastra yang bergizi. Ia tidak hanya mencerdaskan kita͟͟—dengan beragam
informasi yang dikemas dalam bentuk narasi—tetapi sekaligus juga mampu
menghaluskan perasaan, memperluas perbendaharaan kata, dan melatih ketajaman
tulisan kita.
Saya tuturkan
sepenggal kisah Dr. Yusuf al-Qaradhawi dalam bukunya, “Perjalanan Hisupku”. Suatu saat dalam pelajaran insya (mengarang)
beberapa teman-temannya merasa terheran-heran dengan gaya bahasa yang digunakan
Yusuf al-Qaradhawi. Begitu pelajaran selesai salah seorang di antara mereka
bertanya kepadanya.
“Yusuf, dari mana kamu
mendapatkan gaya bahasa (uslub)
seperti itu dan bagaimana kamu dapat menggunakan gaya bahasa yang bernilai
sastra tersebut tanpa banyak berpikir sebelumnya?”
“Gaya bahasa yang aku
kuasai itu,” jawab Qaradhawi muda, “merupakan hasil bacaanku bacaanku terhadap
buku-buku sastra, dan tidak mustahil jika seseorang mau menguasainya, pasti ia
akan bisa. Sesungguhnya ilmu itu hanya
akan diperoleh dengan cara belajar.”
Demikian kemampuan
bahasa YusufQaradhawi terasah melalui sastra. Bahkan, konon Imam Syafi’i
belajar bahasa dan sastra terlebih dahulu sebelem mempelajari ilmu fikih. Wallâhu
a’lam.
Demikian pula dengan
karya seni yang lain. Musik, misalnya. Ia mampu menenangkan pikiran dan tubuh. Perhatikan
sifat naluri bayi yang sangat menyukai musik dan warna-warna. Musik mampu
mengorganisasikan pola-pola dalam otak, terutama yang berkaitan dengan
pemikiran kreatif. Para dokter mengemukakan teori bahwa musik mempunyai efek
menenangkan dan merangsang produksi hormon endorfim
( hormon morfin yang diproduksi tubuh kita untuk menghilangkan rasa sakit dan
menjadi obat penenang). Itulah sebabnya, sebagaimana dijelaskan Eko Laksono
dalam bukunya Imperium III (Hikmah,
2005), rumah-rumah sakit di Cordova (pada masa kejayaan Islam di Spanyol)
menyajikan pementasan musik Bgi para pasiennya.
Ketika sebagian
besar ulama mengharamkan lukisan makhluk bernyawa, seniman muslim tertantang
untuk berkarya secara kreatif. Yusuf Qaradhwi dalam Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur’andan Sunnah menjelaskan, “Dilarangnya
melukis dan memahat (makhluk hidup) tidak menjadi penyebab terpuruknya dunia
seni Islam. Bahkan menjadikan seni Islam memiliki ciri khas yang menarik dan
memiliki keindahan tersendiri.”
Seni kaligrafi dan
hiasan banyak dipergunakan untuk penulisan mushaf al-Qur’an dan ornamen di
masjid-masjid, sebagaimana yang masih bisa dilihat di Masjid Nabawi, Masjid
Qubbatus-Sakhrah (Palestina), Masjid Jami’ al-Umawi di Damaskus Syria, Masjid
Sultan Ahmad dan Masjid as-Sulaimaniyah di Istambul Turki, Masjid Sultan Hasan
dan Jami’ Muhammad Ali di Kairo dan masih banyak lagi masjid di seluruh penjuru
dunia Islam yang lainnya.
Menggambar, melukis,
dan aktivitas seni kriya lainnya meningkatkan sinapsis sesl-sel otak. Ketika melukis,
Anda menggunakan banyak area di otak bagian belakang tempat korteks visual
menyusun suatu gambar. Baik dengan kuas maupun pena, imajinasi-imajinasi akan
keluar dari lokus-lokus memori. Melukis atau menggambar juga membentuk keseimbangan
emosi serta mengaktifkan kreativitas. Ia juga bermanfaat bagi peningkatan
kemampuan motorik halus bagi balita.
Jenis seni lain yang
terkait dengan the movement arts (seperti
seni bermain peran) memberi manfaat bagi keseimbangan antara emosi, gerak, dan
irama musik. Radcliffe Elementary School (di Aken, South Carolina, Amerika
Serikat) termasuk sekolah dasar tak populer di wilayahnya. Setelah pelajaran
kesenian ditambah waktu dan isinya, sekolah itu mulai bernjak posisinya menuju
sekolah unggulan. Tiga negara yang menduduki posisi puncak dalam matematika dan
sains—Jepang, Hungaria, dan Belanda—pada sekolah dasar. Wallâhu a’lam.
Nah, cerdaskan diri
dengan apresiasi seni!
Pustaka :
Dwi Budiyanto, Prophetic Learning, Pro-U Media, 2009,
Yogyakarta
Ki Slamet 42
Kp. Pangarakan,
Bogor – 10:15 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar