Kamis,
20/02/2014 - 19:34
|
TOK SUWARTO
DOSEN ISI
Surakarta Aries BM saat membuat patung keramik dari abu vulkanik Gunung Kelud
di studio keramik ISI.*
|
SOLO,
(PRLM).-Melimpahnya abu vulkanik Gunung Kelud yang terpapar di Kota Solo,
memberi inspirasi kepada seniman yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI)
Surakarta, Arie Budi Marwanto. Dia bersama
belasan mahasiswa ISI Program Studi (Prodi) Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa dan
Desain (FSRD) memanfaatkan abu vulkanik tersebut untuk bahan baku patung
keramik. Aries Budi
Marwanto yang akrab dipanggil Aris BM mengungkapkan kepada wartawan di studio
keramik ISI, Kampus Mojosongo, Solo, Kamis (20/2/14), dia akan membuat
patung-patung keramik dengan bahan baku abu vulkanik untuk aksi sosial. Dia
menamakan aktivitasnya tersebut "Bakti Seni", yakni melalui pameran
karya seni kriya keramik yang dia buat dan hasilnya disumbangkan kepada korban
erupsi Gunung Kelud.
"Kami
di ISI memiliki kemampuan menciptakan karya seni dengan memanfaatkan abu
vulkanik. Itu yang mendorong kami untuk berkontribusi membantu korban erupsi
Gunung Kelud," ujarnya.
Menyinggung
penggunaan abu vulkanik sebagai salah satu bahan baku keramik, Aries
menjelaskan, di dalam abu vulkanik terdapat 70% kandungan silika. Bahan itu
pada suhu di atas 1.000 derajad Celsius dapat melelah dan biasanya dipakai
sebagai bahan baku kaca. Menurut
pematung dosen ISI itu, dalam pembuatan keramik pada umumnya juga digunakan
silika glasir sebagai bahan campuran tanah liat. Silika inilah yang setelah
tanah liat dipanaskan akan meleleh dan menutup pori-pori sehingga memunculkan
efek tekstur pada keramik.
"Dalam
proses pembuatan keramik juga digunakan silika. Abu vulkanik merupakan anugrah
Tuhan yang luar biasa, karena 70% merupakan silika. Itu penjelasannya kenapa
abu vulkanik dapat digunakan sebagai campuran bahan baku keramik,"
tandasnya.
Ketika Aries
bersama belasan mahasiswa membuat adonan bahan baku keramik, mereka
mencampurkan abu vulkanik pada tanah liat jenis clay dengan komposisi 40% abu
dan 60% tanah liat. Dia membuat keramik bakar tersebut dengan teknik keramik
raku yang dikatakan sangat cocok untuk karakteristik debu vulkanik. Keramik
raku, sambung Aries, dalam proses pembentukannya membutuhkan kerangka yang kuat
dan tahan terhadap suhu kejut. Proses pembuatan keramik raku di awali dengan
membakar keramik dalam suhu yang sangat tinggi. Dalam
keadaan panas, keramik dikeluarkan, lalu dimasukkan ke dalam wadah berisi
bahan-bahan alam dan diberi suhu kejut agar timbul efek warna alaminya yang
indah.
''Pembuatan
keramik raku, kalau hanya dengan bahan baku tanah liat biasa akan pecah. Tetapi
dengan menambahkan abu vulkanik tidak pecah, bahkan bahan silika memberi efek
warna bagus,'' lanjut Aries BM.
Dosen ISI
yang didukung sejumlah alumni dan para mahasiswa itu, selama seminggu sampai 27
Februari 2014 mendatang akan membuat patung keramik sebanyak-banyaknya. Rencananya,
pada 28 Februari sampai 1 Maret 2014 hasil karya mereka akan dipamerkan dan
dilelang di "Kepatihan Art Space". Hasil penjualan seluruhnya akan
disumbangkan kepada para korban erupsi Gunung Kelud.
''Ini adalah
bakti seni. Kami ikut peduli kepada korban erupsi Gunung Kelud dengan cara
kami. Sebab abu vulkanik adalah anugerah Tuhan yang harus dimanfaatkan,'' ujar
Zulfian Ibnugroho, mahasiswa semester VIII Prodi Kriya Seni pendukung aksi
tersebut (Tok Suwarto/A-89)***
SENI
BUDAYA