Kamis, 17 November 2011

Musim Seni di Kota Jakarta dan Tokyo | Newsroom Blog - Yahoo!

Musim Seni di Kota Jakarta dan Tokyo


Oleh Marco Kusumawijaya | Newsroom BlogSen, 14 Nov 2011- Tiga atau empat bulan terakhir tiap tahun adalah “musim seni” di Jakarta (dan mungkin Yogya juga). Pada akhir tahun 2011 ini akan ada puncak acara Biennale Jakarta yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Sedangkan Biennale Yogya akan dibuka pada 26 November 2011. Pengumuman nominasi Festival Film Indonesia (FFI) yang “diperbaharui” akan berlangsung pada 26 November 2011.

Ada yang tahu apa yang akan terjadi dengan Jakarta International Film Festival (JIFFEST)? Pada tanggal 16 -30 November 2011 juga akan ada Science Film Festival yang diprakarsai Goethe Institut di 12 kota Indonesia: Ambon, Bandung, Gowa, Jakarta, Jayapura, Mataram, Pontianak, Salatiga, Samarinda, Sorong, Surabaya, dan Yogyakarta.

Entah yang lainnya, tetapi DKJ memusimkan seni pada akhir tahun karena antara lain kendala jadwal anggaran. Sama seperti anggaran Dinas Pekerjaan Umum yang juga memusimkan gali-menggali pada akhir tahun, angaran DKJ Rp 3 miliar yang berasal dari APBD pun biasanya baru turun di pertengahan tahun. Apa yang bisa dilakukan DKJ dengan Rp 3 miliar per tahun, dengan anggota sekitar 20 orang dan staf sekitar selusin?

Ternyata di Tokyo pun pada bulan September-Desember terjadi musim seni. Saat ini sedang berlangsung festival seni pertunjukan kontemporer yang disebut “Festival Tokyo (F/T)”. Juga sedang berlangsung pameran arsitektur internasional “Architectural Environment for Tomorrow”. Di Yokohama sedang berlangsung Yokohama Trinennale.

Yang menarik, dalam keadaan musim seni di awal musim gugur ini, tak dinyana Pemerintah Tokyo Metropolitan pada tanggal 28 Oktober pagi lalu memutuskan membentuk Dewan Kesenian Tokyo Metropolitan, 43 tahun sesudah Ali Sadikin dan para seniman membentuk DKJ pada tahun 1968.
DKJ adalah dewan kesenian tertua dan pertama di Asia.

Anehnya, di saat dukungan pemerintah metropolis Jakarta sedang melorot terhadap DKJ, pemerintah Tokyo, yang baru mengalami bencana alam besar, akan memulai dewan kesenian dengan anggaran awal mungkin 250 juta dolar AS dan akan perlahan menjadi US$ 1 miliar.

Lepas dari kontoversi dan keadaannya sekarang, DKJ pada masa awalnya berhasil cemerlang mengundang dan mengorbitkan bakat-bakat terbaik negeri kita ke tataran nasional, bahkan internasional. W.S. Rendra dan Sardono W. Kusumo hanya sedikit contoh dari banyak seniman yang diorbitkannya. DKJ juga menjadi benteng kebebasan berpendapat sepanjang masa Orde Baru. Di sini Nurcholis Madjid mengucapkan “Agama Islam yes, negara Islam no” pada salah satu acara Pidato Kebudayaan 10 November.

Memang zaman berubah. Kini banyak kantong-kantong kesenian baru independen dibangun kelompok masyarakat. Tetapi, itu seharusnya suatu tanda agar pembiayaan kesenian oleh dana publik juga harus meningkat, bukan menurun. Sebab, seperti dikeluhkan seorang seniman ternama, “Lukisan saya laku mahal, jadi koleksi pribadi, dilihat kalangan terbatas; tapi saya kan ingin karya-karya saya dinikmati publik."
Marco Kusumawijaya adalah arsitek dan urbanis, peneliti dan penulis kota. [<SP>]

1 komentar:

  1. @ DKJ pada masa awalnya berhasil cemerlang mengundang dan mengorbitkan bakat-bakat terbaik negeri kita ke tataran nasional, bahkan internasional. W.S. Rendra dan Sardono W. Kusumo hanya sedikit contoh dari banyak seniman yang diorbitkannya.

    BalasHapus