Mantan Ketua Muhammadiah, Syafii Maarif |
SELASA, 27 NOV. 2012 - DENMAS PRIYADI BLOG: Jakarta: Former Muhammadiyah chairman Ahmad Syafii Maarif is calling on the organization’s younger generation to promote pluralism and respect other’s religious beliefs.
Maarif called on supporters of Muhammadiyah, the nation’s second-largest Islamic social group, to live in peace with non-Muslims. “Nothing is wrong with interacting with the followers of Hinduism, Catholicism, Buddhism, Protestantism or Kejawen,” Maarif said at a discussion to mark the 100th anniversary of Muhammadiyah. Kejawen is a system of traditional Javanese beliefs.
According to Maarif, Muhammadiyah is a big tent and should be active in promoting pluralism. “Being a big tent is not just a slogan, but has to be practiced in life,” Maarif said as quoted by Antara.
Maarif’s call comes after religious conflicts have occurred in several parts of the nation, including the fatal attack on minority Shiite Muslims by majority Sunnis in Sampang, Madura, and discrimination against the rights of Christians to hold divine services in legally sanctioned churches.
Terjemahan :
Nasional scene: Mantan Ketua Muhammadiyah Mempromosikan Pluralisme
The Jakarta Post | Nasional | Wed, 21 November 2012, 10:22 / A-A + A
The Jakarta Post | Nasional | Wed, 21 November 2012, 10:22 / A-A + A
Jakarta: Mantan Ketua Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif menyerukan kepada generasi organisasi muda untuk mempromosikan pluralisme dan menghormati keyakinan agama lain.
Maarif meminta pendukung Muhammadiyah, terbesar kedua kelompok sosial umat Islam, untuk hidup damai dengan non-Muslim. "Tidak ada yang salah dengan berinteraksi dengan para pengikut Hindu, Katolik, Budha, Protestan atau Kejawen," kata Maarif pada diskusi untuk menandai peringatan 100 tahun Muhammadiyah. Kejawen adalah sistem kepercayaan tradisional Jawa.
Menurut Maarif, Muhammadiyah adalah sebuah tenda besar dan harus aktif dalam mempromosikan pluralisme. "Menjadi tenda besar bukan hanya slogan, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan," kata Maarif seperti dikutip Antara.
Seruan Syafii Maarif itu muncul setelah konflik agama telah terjadi di beberapa bagian negara, termasuk serangan fatal pada minoritas Muslim Syiah mayoritas Sunni di Sampang, Madura, dan diskriminasi terhadap hak-hak orang Kristen untuk mengadakan kebaktian di gereja-gereja ilahi hukum sanksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar