Minggu, 10 April 2011

MENGENANG SANG SUTRADARA H.USMAR ISMAIL ( 1921-1971 ) By Slamet Priyadi

Sang Sutradara H.Usmar Ismail
MENGENANG SANG SUTRADARA
H.USMAR ISMAIL ( 1921-1971 )
 By Slamet Priyadi


Minggu, 10 April 2011 GURU SENI BUDAYA BLOG:  H.Usmar Ismail dilahirkan di daerah perbukitan elok nan indah, Bukit Tinggi - Sumatra Barat pada 20 Maret 1921. Latar belakang pendidikannya: HIS, MULO (B), AMS A-II, dan mendapat gelar B.A. bidang sinematografi pada Universita California di Los Angeles.

Sepak terjang, karir, dan pengalaman beliau  dalam berkesenian terutama film tercatat gemilang.  Tahun 1942-1945 anggota staf pengarang pada Pusat Kebudayaan Jakarta; tahun 1949 menyutradarai film South Pacific Corp; tahun 1962 mendapat penghargaan Hadiah Seni dan penghargaan tertinggi Piagam Wijayakusuma; Tahun 1943-1945 beliau juga ketua Perkumpulan Penggemar Sandiwara Maja; 1946-1947 Ketua PWI; 1946-1948 Ketua Badan Permusyawaratan Kebudayaan Indonesia Yogyakarta dan Ketua Serikat Artis Sandiwara Yogyakarta; 1955-1965 Ketua Akademi Teater Nasional Indonesia; 1955-1970 Ketua PPFI (Persatuan Perusahaan Film Indonesia); 1962-1969 Ketua Umum Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (LESBUMI) Jakarta. 

Adapun karya-karya beliau adalah: Harta Karun (1949), Citra, The Long March, Enam Jam di Djogya (1950), Dosa Tak Berampun (1951), Terimalah Laguku (1952), Kafedo, Krisis (1954), Tiga Dara (1956), Delapan Penjuru Angin, Sengketa (1957), Asrama Dara, Pejuang (1959), Laruik Sanjo (1960), Amor dan Humor (1961), Toha Pahlawan Bandung Selatan, Anak Perawan di Sarang Penyamun, Bayangan di Waktu Fajar(1962), Anak-Anak Revolusi (1964), Liburan Seniman (1965), Ja Mualim (1969), The Big Village dan Ananda (1970).  
 
Pada tanggal 2 Januari 1971 Sang Sutradara besar H.Usmar Ismail meninggal dunia dengan meninggalkan warisan karya-karya besar yang hingga kini tetap dikenang dan menjadi motivator, pendorong semangat dan inspirasi bagi dunia perfilman kita. ( Minggu, 10 April 2011 Slamet Priyadi di Lido-Bogor)      

2 komentar:

  1. @ ASRUL SANI: "Usmar bukanlah seorang pemikir yang merumuskan teori-teori, Ia juga bukan estetikus yang memikirkan soal-soal estetika film atau masalah-masalah formal sebuah film sebagainana yang dilakukan Einstein dan sebagainya. Ia seorang yang dekat pada kenyataan zamannya yang percaya bahwa ada sesuatu relasi gonta-ganti antara realitas dan penggambaran realitas tersebut dalam film-filmnya. Ia tidak terkurung dalam pergulatan diri sendiri yang biasa dilakukan oleh seorang seniman "pur sang", melainkan memberikan reaksi terhadap realitas zamannya.

    BalasHapus
  2. H.Usmar Ismail meninggal dunia dengan meninggalkan warisan karya-karya besar yang hingga kini tetap dikenang dan menjadi motivator, pendorong semangat dan inspirasi bagi dunia perfilman kita.

    BalasHapus