Rabu, 20 April 2011

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK SISWA SMAN 42 (Sebuah renungan) by Slamet Priyad

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK SISWA SMAN 42 (Sebuah renungan) by Slamet Priyadi


Drs Slamet Priyadi
RABU, 20 APRIL 2011- Dalam berbagai kesempatan saat saya dan teman-teman santai minum kopi di kantin samping Rumah sakit Halim, saya acapkali berbincang-bincang tentang berbagai hal. Sekali waktu kami bahas juga tentang prestasi akademik siswa SMA Negeri 42 yang masih  tertinggal dengan sekolah lain seperti SMAN 48, SMAN 81 dan yang lain. Dalam kesempatan diskusi tersebut saya lontarkan pertanyaan sebagai berikut, “Apakah sekolah memiliki pengaruh besar terhadap prestasi belajar siswa?”, “Mengapa sampai sekarang prestasi akademik siswa SMA Negeri 42 masih  tertinggal dengan sekolah lain yang notabene lebih muda usianya disbanding SMA Negeri 42?”. Pertanyaan tersebut cukup menggelitik dan membuat berkerut kening teman-teman karena jawabannya memang butuh  analisa secara pedagogis serta pemikiran   yang  referensional (berdasar keilmuan).

Jawaban klise terucap: “Ya tentu, dong! Soalnya perekrutan siswa kelas X pada awalnya memang sudah bukan siswa-siswa yang pilihan, dalam arti siswa-siswa yang masuk mendaftar ke SMAN 42 bukan pilihan pertama akan tetapi yang ke dua yang secara intelktual relative rendah”.  Dengan Input dan kualitas siswa yang demikian tentu saja wajar apabila outputnya juga rendah.

Jawaban tersebut memang ada benarnya akan tetapi, itu justru menggambarkan kegagalan kita sebagai guru dan sekolah, komponen sekolah beserta fasilitas dan sarana sekolah sebagai institusi pendidikan yang selama ini tempat kita mengabdi, dan bekerja selaku tenaga pendidik. Jelasnya jawaban tersebut seakan-akan menunjukkan kepada kita bahwa SMAN 42 selaku institusi pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap performa akademik siswa.

Apabila kita perumpamakan dengan sebuah industri yang memproduksi barang tertentu, jika kualitas bahan bakunya rendah tentu hasil produksinya juga rendah. Dengan demikian di sini jalannya proses produksi menjadi tidak berarti dan mubazir. Padahal prinsip ekonomi mengatakan, “Mendapatkan untung sebesar-besarnya dengan capital yang sekecil-kecilnya”. Mengacu pada prinsip ekonomi tersebut, seharusnya langkah yang dilakukan adalah bagaimana caranya memaksimalkan suatu produksi dengan modal yang kecil dan bahan baku yang murah, dapat menghasilkan produksi yang baik dan berkualitas sehingga bisa dijual dengan harga mahal.

Pandangan yang menyatakan penyebab rendahnya kualitas siswa (prestasi akademik siswa) karena “input” yang rendah, saya pikir tidak tepat karena itu berarti proses pembelajaran (schooling) yang dilakukan oleh SMAN 42 sama sekali tidak berarti karena tidak memberikan nilai tambah pada diri siswa. Kalaupun ada siswa yang berprestasi menggembirakan, semata-mata itu karena kemampuan dirinya yang memang sudah ada sebelumnya hasil dari didikan dan binaan orang tua atau pada sekolah sebelumnya.

 Pandangan tersebut di atas seyogyannya tidak dijadikan pegangan untuk langkah ke depan. Untuk itu mulai dari sekarang kita para guru dan seluruh komponen sekolah harus bersatu tekad  untuk memajukan dan meningkatkan prestasi akademik siswa SMAN 42 dengan bekerja keras, aktif inovatif, kreatif, efektif dan selalu tampil dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa di kelas dapat menerima pelajaran tanpa harus takut dan tegang. Berkait dengan hal tersebut beberapa hasil penelitian tentang sekolah yang efektif (effectiveness school) membuktikan bahwa tingkat kecerdasan atau prestasi belajar siswa  sangat ditentukan oleh lingkungan belajar (learning environment) siswa di sekolah. Oleh karena itu utamanya adalah bagaimana kita menciptakan suasana yang kondusif yaitu suasana  pembelajaran yang  aktif, apresiatif, kreatif, efektif dan menyenangkan agar setiap siswa mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Semakin kondusif dan efektif lingkungan belajar sekolah maka semakin besar pula kesempatan siswa untuk meningkat prestasinya.

Dengan demikian, utamanya kita tidak lagi berdalih mempermasalahkan kualitas input yang diterima sekolah, akan tetapi bagaimana kita memfokuskan pada strategi, model, dan metode-metode apa yang efektif untuk meningkatkan kemampuan dan pretasi akademik siswa. Kualitas input yang rendah lebih baik kita jadikan sebagai pemicu semangat dalam rangka untuk membuktikan kepada masyarakat, bangsa dan Negara bahwa lembaga pendidikan khususnya SMA Negeri 42 mampu memberikan nilai tambah (value added) bagi siswa semua. JAYALAH, JAYALAH  SMA Negeri 42 (Rabu, 20 April 2011-Slamet Priyadi di Lido-Bogor/referensi: Pembelajaran yang efektif-Jamaludin, M.Ed)


1 komentar:

  1. Pandangan yang menyatakan penyebab rendahnya kualitas siswa (prestasi akademik siswa) karena “input” yang rendah, saya pikir tidak tepat karena itu berarti proses pembelajaran (schooling) yang dilakukan oleh sekolah sama sekali tidak berarti karena tidak memberikan nilai tambah pada diri siswa. Padahal sebaliknya!

    BalasHapus