Guru adalah penentu dan pemegang kunci utama untuk membuka pintu perbaikan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Dalam hal ini guru harus inovatif, kreatif selalu berupaya menemukan dan menciptakan hal-hal baru dalam cara mengajarnya agar proses pembelajaran di kelas dapat berjalan lebih baik, aktif, kreatif, efektif, inovatif dan dalam suasana menyenangkan.
Senin, 28 Februari 2011
Kalimat Penenang Saat Bertengkar - Yahoo! Indonesia News
Minggu, 27 Februari 2011
Erwin Gutawa Sajikan Konser Serba Lengkap - Yahoo! Indonesia News
Erwin Gutawa Sajikan Konser Serba Lengkap
Minggu, 27 Febuary 2011(Kapanlagi.com): Dengan tajuk A Masterpiece of Erwin Gutawa, sebuah konser musik orkestra digelar dengan memadukan musisi dari segala usia. Selain itu, konser yang digelar di JCC Senayan, Sabtu (26/2) ini, diisi dengan penampilan drama Musikal Laskar Pelangi sampai tembang lawas Menjilat Matahari karya Yockie S Prayogo.
Alunan musik dari beragam genre menjelma menjadi sebuah karya yang menawan dan mampu memikat pecinta musik Indonesia yang memadati tempat konser.
Sebelum memulai alunan musik mulai dimainkan, tirai putih besar membentang di depan panggung menghalangi pandangan penonton. Sampai akhirnya, muncullah beberapa gambar Erwin Gutawa dan perlahan alunan orkestra terdengar bersamaan dengan bayangan gerakan tangan si pemimpin instrumen. Tirai pun terbuka dan disambut dengan tepuk tangan penonton.
Pada penampilan pertama, penonton langsung disuguhkan instrumen Chopin Larung yang dipopulerkan oleh Guruh Gypsi dan disambung oleh duet Lea Simanjuntak dan Gabriel Harvianto dengan tembang berjudul Menjilat Matahari milik Yockie Suryoprayogo.
"Saya pikir kebahagian terbesar saya adalah bekerja sama dengan penyanyi-penyanyi hebat. Tetapi, kebahagian tertinggi saya adalah kehadiran penonton semua malam ini" ujar Erwin Gutawa yang menyiratkan kerendahan hati saat berbicara di atas panggung.
Suara vokal dari Elfonda Mekel atau Once dan Tantri Kotak dan ditambah aksi-aksi teater Musikal Laskar Pelangi beserta dancer mampu menarik perhatian ribuan penonton. Sesekali Erwin juga bermain piano mengiringi Gita Gutawa, putrinya. Gita menyanyi dengan lincah sambil sesekali menggoda ayahnya dengan senyuman.
Suara khas para penyanyi solo seperti Vidi Aldiano, Afgan, Dira Sugandi, Sandy Sondhoro dan Rossa mengalun membentuk harmoni bersama iringan orkestra dan semakin memukau penonton dengan tata panggung yang spektakuler. Penampilan mereka semakin lengkap setelah menyanyikan lagu-lagu yang pernah dipopulerkan oleh almarhum Chrisye. Selain itu permainan bassis dari musisi kelas atas juga menghasilkan sajian yang berbeda.
Tidak hanya menyajikan lagu-lagu dari almarhum Chrisye, Erwin juga memberi kejutan dengan kemunculan lagu daerah Walang Kekek-nya Waldjinah yang dikemas apik dalam iringan orkestra .
Pagelaran konser musik ditutup manis dengan penampilan penyanyi Legendaris Iwan Fals berbusana serba putih membawakan 3 buah lagu, yaitu Ijinkan Aku Menyayangimu, Mata Dewa dan Satu-Satu.
Dan akhirnya konser A Masterpiece of Erwin Gutawa berhasil menyuguhkan karya musik yang kaya harmonisasi dan mendapat standing ovation dari penonton yang berjumlah sekitar 3000 orang.
"Semua bakat-bakat hebat, karena ada penyanyi yang berusia 13 tahun sampai dengan ibu Waldjinah. Ini mewakili potret musisi Indonesia dengan standard kualitas yang baik," papar Erwin Gutawa mengakhiri konsernya. (kpl/adt/dka)
Mira Lesmana: Indonesia Butuh Sekolah Perfilman - Yahoo! Indonesia News
Indonesia Butuh Sekolah Perfilman
Minggu, 27 Febuary 2011(Kapanlagi.com): Dalam acara diskusi film Mira Lesmana mengungkapkan bahwa pendidikan perfilman sangat penting untuk negeri ini. Jarangnya sekolah perfilman di Indonesia membuat perfilman di negeri ini kalah dengan beberapa negara lainnya khususnya untuk lingkup Asia.
"Jauh, sama Korea jauh, korea itu sekolah filmnya banyak sekali," ujarnya saat dijumpai di kantor Delta FM jalan Adityawarman, Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (23/2) malam.
Mira sendiri berkeinginan untuk membuat sekolah film. namun dalam prakteknya dia terbentur dengan waktu serta beberapa sumber daya manusia yang bisa untuk mengajar.
"Saya akan melakukannya, tapi butuh persiapan dan waktu. Nggak bisa saya sambil bikin film terus saya ngajar terus ngurusin sekolah, nggak bisa begitu. Harus ada dedikasi dan waktu dan SDM yang bisa membantu," papar Mira yang telah ditawari untuk membuat sekolah film namun dia berpikir kembali
"Saya memanfaatkan Mira school dimana-mana siapa aja boleh masuk ya buat apa, namanya dagang juga. Jadi dagang pendidikan," imbuhnya.
Lebih lanjut Mira mengatakan bahwa jika pendidikan film ini tak diurus maka perfilman Indonesia akan kalah dengan film-film luar.
"Selama pendidikannya nggak diurusin, ya nggak akan beres-beres, nggak akan bagus-bagus," tukasnya sambil tertawa. (kpl/adt/faj)
Minggu, 27 Febuary 2011
Slamet Priyadi di Lido-Bogor
RPP SENI MUSIK Kls X Semester 1 by Slamet Priyadi
Siswa kls X bernyanyi lagu daerah |
Nama Sekolah : SMA Negeri 42 JAKARTA
Mata Pelajaran : SENI BUDAYA (MUSIK) Kelas/Semester : X / 1
Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasi karya seni musik
Indikator : 1. Menyenangi karya musik tradisional setempat.
2. Menunjukkan sikap menghargai terhadap musik tradisional setempat.
3. Mengumpulkan hasil karya musik tradisional setempat.
4. Menyanyikan salah satu lagu karya musik tradisional setempat.
Alokasi Waktu : 4 X 45 Menit
B. TUJUAN PEMBELAJARANSetelah mempelajari materi ini maka siswa dapat menyenangi dan menghargai musik tradisional setempat, mengumpulkan hasil karya musik tradisional setempat dan dapat menyanyikan salah satu lagu tradisional setempat.
C. MATERI PEMBELAJARAN
Sejarah dan perkembangan musik tradisional setempat.
D. METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran menggunakan pendekatan persuasive, konstruktif, eksporatif, demonstrative dan model-model pembelajaran yang sesuai.
E. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE : 1
1. KEGIATAN AWAL ( 10 menit )
a. OrientasiKepada siswa ditunjukkan gambar alat musik tradisional setempat (Betawi).
b. Apersepsi:Kepada siswa diperkenalkan bahwa musik Betawi merupakan perpaduan Musik Cina, Arab, Melayu.
c. Motivasi:Disampaikan kepada siswa bahwa belajar musik tradisional Betawi agar siswa mengetahui dan mengenal musik daerah setempat.
e. Mekanisme pelaksanaan pembelajaran:Membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar, agar siswa dapat menerapkan proses pembelajaran atau pengalaman belajar yang diperoleh dari belajar kelompok atau melalui penguasaan untuk belajar secara mandiri.
2. KEGIATAN INTI ( 75 menit )
a. Eksplorasi
Menugaskan siswa untuk mencari tahu tentang sejarah dan perkembangan musik tradisional setempat ( Betawi ) melalui internet.
b. ElaborasiMenugaskan siswa untuk menjelaskan sejarah dan perkembangan Musik tradisional setempat ( Betawi.)
c. Refleksi
Menyusun simpulan materi yang telah disampaikan dan mengajak siswa untuk merenungkan kembali mengapa kita perlu mempelajari sejarah dan perkembangan musik tradisional Betawi.
3. KEGIATAN PENUTUP ( 5 menit )a. Tugaskan siswa untuk mengidentifikasi fungsi dan latar belakang musik tradisional setempar ( Betawi ).
b. Kepada siswa sampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
PERTEMUAN KE : 2
1. KEGIATAN AWAL ( 10 menit )
a. Orientasi
Kepada siswa diperkenalkan jenis-jenis musik tradisonal Brtawi.
b. Apersepsi
Kepada siswa dikenalkan bahwa musik tradisional Betawi bersifat riang.
c. Motivasi
Dengan mempelajari jenis-jenis musik tradisional Betawi maka kita berusaha mencintai musik tradisional Betawi.
d. Pemberian Acuan
Dengan mempejari musik tradisional Betawi akan menumbuh kembangkan bakat dan minat siswa dalam bermain musik.
e. Mekanisme Pelaksanaan PembelajaranMembagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar agar siswa dapat menerapkan proses pembelajaran atau pengalaman belajar yang
diperoleh dari kegiatan kelompok.
2. KEGIATAN INTI ( 75 menit )
a. Eksplorasi
Menugaskan siswa untuk mengidentifikasi jenis-jenis musik tradisional.
b. Elaborasi
Menugaskan siswa untuk mengumpulkan 3 buah karya musik tradisional betawi.
c. Refleksi
Menyusun simpulan materi yang telah disampaikan dan mengajak siswa untuk menerangkan kembali tentang pentingnya mempelajari lagu-lagu tradisional.
3. KEGIATAN PENUTUP ( 5 menit )
a.Tugaskan kepada siswa untuk mengumpulkan karya musik tradisionalBetawi.
b.Kepada siswa sampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
PERTEMUAN KE : 3
1. KEGIATAN AWAL ( 10 menit )
a. Orientasi
Kepada siswa diperdengarkan lagu-lagu tradisional Betawi.
b. Apersepsi
Kepada siswa dikenalkan bahwa lagu-lagu tradisional Betawi melodinya
sederhana dan mudah untuk dipelajari.
c. Motivasi
Dengan mempelajari lagu-lagu tradisional Betawi maka kita berusaha mencintai lagu-lagu tradisional Betawi.
d. Pemberian Acuan
Dengan menyanyikan lagu-lagu tradisional Betawi akan menumbuhkembangkan bakat dan minat siswa dalam bernyanyi.
e. Mekanisme Pelaksanaan Pembelajaran
Membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar agar siswa dapat menerapkan proses pembelajaran atau pengalaman belajar yang diperoleh dari kegiatan kelompok.
2. KEGIATAN INTI ( 75 menit )
a. Eksplorasi
Menugaskan siswa untuk mengidentifikasi lagu tradisional.
b. Elaborasi
Menugaskan siswa untuk menuliskan 3 buah lagu betawi.
c. Refleksi
Menyusun simpulan materi yang telah disampaikan dan mengajak siswa untuk menerangkan kembali tentang pentingnya mempelajari lagu-lagu tradisional.
3. KEGIATAN PENUTUP ( 5 menit )a.Tugaskan kepada siswa untuk menyanyikan salah satu lagu Betawi.
b.Kepada siswa sampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan pada
pertemuan berikutnya.
F. SUMBER BELAJAR
a. Buku Seni Musik jilid I MGMP Seni DKI
b. Buku Seni Musik jilid I ,ESIS, Matius Ali
c. Kesimpulan lagu
d. Gitar
G. PENILAIANa. Indikator penilaian:
3.Mengumpulkan hasil karya musik tradisional setempar
c.Bentuk Instrumen
Pengamatan kualitatif / afektif
d.Contoh Instrumen
2. Mengamati sikap siswa dalam menghargai musik tradisinal setempat
Sabtu, 26 Februari 2011
VIVAnews - Daniel Sahuleka Kagumi Musik Keroncong Gesang
VIVANews - Penyanyi legendaris keturunan Indonesia, Daniel Sahuleka mengaku terkagum-kagum dengan musik keroncong. Tak hanya itu, penyanyi berdarah Ambon ini juga sangat kagum dengan almarhum Mbah Gesang serta musik Bengawan Solo yang telah mendunia.
“Sejak kecil, ibu saya selalu memperdengarkan musik keroncong. Dan musik keroncong ini membuat saya seperti ini," tutur pelantun lagu lawas 'You Make My World So Colourful' itu.
Masa kecil Daniel memang tidak terlepas dengan musik keroncong. Hal ini tak lain karena sang ibu adalah penyanyi keroncong.
Selain musik keroncong, Daniel juga mengagumi legenda musik keroncong, almarhum Mbah Gesang serta lagu yang dilantunkannya, 'Bengawan Solo'.
Daniel memiliki kenangan tersendiri mengenai kekagumannya terhadap lagu 'Bengawan Solo'. “Dulu saya pernah pentas di Hanoi Dan suatu ketika, supir saya nyanyi 'Bengawan Solo' tapi dengan bahasa Vietnam. Wow,“ ucap Daniel
penuh kekagumannya.
Selain suka dengan musik keroncong, Daniel juga menyukai masakan pecel. Ketika di Solo, Daniel pun mencicipi beberapa menu masakan tradisional. Baginya masakan punya cita rasa yang sangat orisinil.
“Dulu saya sering dimasakkan pecel oleh ibu saya. Makanya saya seperti mengingat kembali masa lalu, “ ucapnya.
Laporan: Fajar Sodiq - Solo
PENERBIT BEBAS AJUKAN BUKU UNTUK DINILAI
Muhammad Nuh |
"Setelah ditetapkan layak, buku ini kemudian dapat dimanfaatkan sebagai buku pengayaan di sekolah," kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh saat memberikan keterangan pers di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) Jakarta, Jumat.
Mendiknas mengatakan setidaknya penerbit dapat pertimbangkan dua aspek dalam mengajukan bukunya untuk dinilai. Pertama, dari sisi substansi dan kedua dari sisi kelayakan bisnis.
"Tidak ada larangan, siapapun penerbitnya boleh mengajukan. Apapun judulnya dan mengajukan siapapun sebagai figur utamanya. Itu kita bebaskan sepenuhnya. Tidak masalah kalau ada penerbit yang mengajukan tokoh x,y, terus diajukan lolos, ya kita tawarkan," kata Mendiknas.
Hadir pada acara Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemdiknas Suyanto, Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemdiknas Diah Harjanti, dan Anggota Tim Penilai Buku Bana Kartasasmita dari Institut Teknologi Bandung dan Siti Rohmah Nurhayati dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Mendiknas mengatakan buku pengayaan atau nonteks pelajaran di sekolah meliputi pengayaan pengetahuan, keterampilan, kepribadian, buku referensi, dan panduan pendidik. "Penilaian buku pengayaan berbeda dengan penilaian pada buku teks pelajaran yang harus merujuk kurikulum".
Ia lebih lanjut menyebutkan, selama 2006-2010 jumlah buku nonteks pelajaran yang didaftarkan oleh penerbit sebanyak 27.029 judul. Setelah dinilai, kata Mendiknas, jumlah buku yang layak digunakan sebanyak 2.403 judul terdiri atas 1.342 buku pengetahuan, 346 buku keterampilan, 248 buku kepribadian, 179 buku referensi, dan 168 panduan pendidik. "Pilihannya banyak dan memenuhi uji tim independen," katanya.
Bana Kartasasmita menyatakan buku pengayaan ditujukan untuk membantu pembaca agar gemar membaca dan menumbuhkan rasa ingin tahu. Buku nonteks pelajaran juga harus memiliki ciri keindonesiaan, tidak mengandung unsuk SARA, dan dapat dibaca lintas kelas. " Buku itu juga disesuaikan dengan pertumbuhan psikologis anak dalam proses belajar," katanya.
Sementara Siti Rohmah Nurhayati menyampaikan, terkait Buku Seri SBY yang beredar di sekolah, buku tersebut termasuk 30 buku yang dinilai olehnya. Penilaiannya, kata dia, diantaranya meliputi pengembangan kepribadian, motivasi, dan kerja keras. "Saya nilai buku layak dari sisi pengembangan kepribadian. Dari bahasa cukup runtut dan mudah diikuti. Sementara dari penyajian ilustrasi, tampilan, sampul dan sebagainya, semuanya di atas ambang kelayakan dengan kelayakan berbeda-beda," katanya.
Rabu, 23 Februari 2011
SANG MAESTRO S.SUDJOYONO By Slamet Priyadi
Gbr. Bukit Gersang |
Gbr. S.Sudjoyono |
Ketika usianya sudah cukup, S. Sudjojono oleh orang tuanya didaftarkan di sekolah HIS Boedi Oetomo di Tebing Tinggi. Di sekolah tersebut ternyata S.Sudjojono tergolong anak yang cerdas. Karena kecerdasannya inilah ia sangat disayangi oleh kedua orang gurunya yaitu Pak Yudhakusuma dan Pak Sudarminto. Tahun 1926. Demi kemajuan anaknya, orang tua S.Sudjojono merestui putranya diajak Pak Yudhakusuma ke Jakarta meskipun anaknya itu belum selesai sekolah, duduk di kelas VI.
Di Jakarta S.Sudjojono melanjutkan sekolahnya di HIS Arjuna pertama di Petojo, yang juga merupakan sekolah tempat pak Yudhakusuma mengajar. Pak Yudhakusuma mengangkat S.Sudjojono sebagai anak. Dialah yang selalu memberi dorongan, semangat dan motivasi terhadap sudjojono agar memupuk,mengembangkan kegemarannya dalam menggambar.
Setetelah tamat dari HIS tahun 1928 S.Sudjojono, atas tanggungan bea siswa dari perkumpulan Theosofi, yang mana salah satu aggotanya adalah Pak Yudhakusuma sendiri, melanjutkan sekolahnya ke HIK Gunungsari, Lembang, Bandung. Di sekolah ini, seperti juga murid-murid yang lain S.Sudjojono tinggal di asrama dengan nomor induk 101. Nomor itu selalu ia tuliskan disemua barang-barang invetaris miliknya, gelas, piring, bantal dan lain-lain. Bahkan pada setiap karya-karya lukisannya S.Sudjojono menuliskan kode SS-101 tersebut.
Di sekolah ini S.Sudjojono hanya sampai kelas III. Dikeluarkan dari sekolah karena kenakalannya dan kebandelannya yang sering memberontak, mengajak teman-temannya keluyuran di tengah malam, menyulut petasan hingga membangunkan semua orang. Pak Yudhakusuma yang sangat mengasihi putra angkatnya ini mengirim S.Sudjojono ke Yogyakarta. Di sana di tampung oleh Pak Sudarminto yang juga gurunya di Taman Siswa, Tebing Tinggi dulu.
Tahun 1933, oleh Pak Sudarminto, S.Sudjojono diikutsertakan mengikuti kursus cepat untuk menjadi guru. Setelah lulus, ia dikirim ke Rogo Jampi ke Rogo Jampi, Jawa Timur, untuk mengajar di sekolah Taman Siswa yang baru dibuka. Di sekolah ini, ia mengajar kurang lebih setahun.
S.Sudjojono juga gemar bermain sepak bola dan pernah masuk Klub Indonesia Muda. Ketika berada di Yogya, ia sempat mengembangkan hobinya itu. Di lapangan sepak bola Yogya inilah S.Sudjojono bertemu dengan Rusli yang di kemudian hari menjadi pelukis terkenal pula. Ketika itu Rusli bersekolah di Taman Muda Taman Siswa.
Selama satu tahun di Rogo Jampi, Ia kembali ke Jakarta mengjar di sekolah Taman Siswa di jalan Kadiman, Petojo yang dipimpin oleh bapak S. Mangun Sarkoro. Pada waktu itu ia sudah mengembangkan kegemarannya akan meklukis. S.Sudjojono suka membaca, khususnya karaya sastra, filsafat, dan semua yang ada kaitannya dengan seni lukis. Ia sering mendapatkan buku-buku yang dicarinya itu di Pasar Loak Senen, yang kesemuanya itu menjadikan ia tumbuh dan berkembang, menjadi seorang seniman lukis yang diperhitungkan, yaitu seniman yang mempunyai misi dan visi ke depan.
Dia ingin memanfaatkan seni lukis sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan rokhaniahnya yang lebih mulia. Dia tidak puas dengan keadaan seni lukis pada waktu itu yang hanya mengungkapkan keindahan fisik semata tentang keindahan alam yang naturalistik. Dia mempunyai visi yang berbeda dari para pelukis pada zamannya, ini sudah nampak pada saat belajar seni lukis pada Pak Pirngadi. Dia disuruh menggambar obyek situasi aktifitas kehidupan di sekolahnya. Setelah selesai lukisannya selesai dibuat, Pak Pirngadi memberi komentar, "kok kamu menggambar halaman sekolah seperti orang macul saja!". Begitu juga ketika ia menggambar obyek sepatu bola tua miliknya, diberi komentar oleh Pak Irngadi, "kok sepatu tua saja digambar!"
Berkait dengan itu, S.Sudjojono mengungkapkannya kepada Pak Yudhakusuma ayah angkatnya, "Pak Yudha kusuma! Mengapa rasa-rasanya gambar saya kok kotor? Akan tetapi pak Yudha hanya menjawab, "Apa maksud kamu dengan kotor?" Justru di situlah keunikkan, keanehan seni
, karena mungkin yang kotor itu juga bagus. Jawaban tersebut membesarkan hati S.Sudjojono. Dengan hati yang lebih mantap ia terus melukis, kendatipun ia menyadari bahwa warna-warna dan bentuk garis yang dihasilkan sangat berbeda dengan lukisan-lukisan sezamannya.
S.Sudjojono berada di rumah sakit menjalani pengobatan sakit paru-parunya di Sanatorium Onrust di P Seribu tahun 1935, ia membaca iklan di salah satu surat kabar yang mengajak para pelukis, siapapun juga, untuk mengikutsertakan karya lukisannya dalam satu pameran bergengsi, berhadiah yang akan diselenggarakan di Kunstkring, Belanda. S.Sudjojono mengikutsertakan lukisannya berjudul "Gadis Dan Kucing" yang menggambarkan seorang gadis bermain dakon. Lukisan tersebut mendapat hadiah pertama. Hal tersebut membuat S.Sudjojono semakin yakin akan bakatnya sebagai pelukis.
Kunstkring merupakan suatu perkumpulan para pelukis Belanda yang sangat aktif mengadakan kegiatan kesenian. Para aggotanya kebanyakan orang Belanda, tetapi ada juga orang Indonesia terutama pelukis akademis. Meskipun karya S.Sudjojono telah mendapat hadiah dari perkumpulan ini, ia belum diterima sebagai anggotanya.
Sebagai respon dari penolakan Kunstkring yang tidak menerima dirinya sebagai anggota, S.Sudjojono bersama Agoes Djayasoeminta yang juga mengajar di Sekolah Arjuna Petojo, bersama-sama dengan pelukis seangkatannya, mendirikan Persatuan Ahli Gam bar Indonesia, PERSAGI. Ketuanya Agoes Djayasuminta, sekretaris S.Sudjojono. Para anggotanya adalah S.Toetoer, Soekirno, Soetioso,Surono, Otto Djayasuminta, Abdul Salam. Mereka semua pada umumnya adalah para pelukis reklame.
Fokus utama dari PERSAGI adalah melukis bersama. Minimal sebulan sekali mereka berkumpul untuk melakukan latihan melukis. Terkadang mereka pergi ke suatu tempat untuk mencari obyek lukisan.Setahun mereka berlatih, maka Agoes Djayasuminta merasa sudah tiba waktunya untuk mengadakan pameran bersama. Pameran PERSAGI yang pertama kali diselenggarakan di toko buku G.Kolff, jalan Ir.H.Djuanda. Dalam pameran pertama ini lukisan yang paling banyak dipamerkan adalah karya Agoes Djayasuminta. Sambutan masyarakat baik sekali. Pers Belanda, Indonesia maupun pers Cina memujinya. Hal tersebut menyebabkan keyakinan yang lebih mendalam lagi untuk mengembangkan seni lukis sebagai media ekspresi seninya.
Oleh seorang direktur pabrik cat "Par" yang juga seorang kolektor lukisan S.Sudjojono, Agoes Djayasuminta dan para pelukis Persagi lainnya mendapat kesempatan untuk melihat karya-karya pelukis Eropa melalui Pameran Koleksi Regnault yang sempat diadakan beberapa kali. Koleksi lukisannya antara lain karya pelukis yang sudah ternama anatara lain,Van Gogh, George Seurat, Paul Cezanne dan lain-lain.
Dalam kesempatan ini S.Sudjojono mulai menulis kritik. Memberi ulasan-ulasan yang memuji pameran tersebut. Dialah pelukis Indonesia pertama yang menulis kritik dalam bahasa Indonesia. Gaya kritiknya khas, dengan memberi pujian bahkan makian kepada lukisan-lukisan yang dipamerkan.
Dalam setiap karya lukisan dan tulisan-tulisan krtiknya, S.Sudjojono selalu membubuhkan kode "SS 101" Pada masa ini pula dia melukis Di depan Kelambu yang sekarang menjadi koleksi Istana Negara Republik Indonesia. Lukisan "Di Depan Kelambu", menggambarkan suana kehidupan keras yang dilukiskan dengan rasa realisme kuat. Seorang kritikus menyatakan bahwa lukisan ini merupakan lukisan yang sama kedudukannya dengan lukisan "Ibu" karya Affandi. Keduanya merupakan tonggak penting dalam perjalanan sejarah seni rupa Indonesia.
Berbeda dengan gaya para pelukisnya seperti Pirngadi, Abdullah Surio Subroto, Wakidi dan lain-lain, lukisan karya S.Sudjojono dan Affandi tidak bergaya naturalistik. Yang nampak dalam lukisan mereka adalah kebenaran-kebenaran yang nyata dalam hidup bukan hanya tentang alam yang disajikan secara kasat mata, lembut, indah dan naturalistik. Pada lukisan S.Sudjojono dan Affandi yang nampak adalah ungkapan kebenaran yang bersifat rohaniah yang ada dalam jiwa, emosi, sedih, senang ,susah dll.
Rabu, 23 Febuary 2011
Slamet Priyadi di Lido-Bogor
Selasa, 22 Februari 2011
RPP SENI BUDAYA / SENI MUSIK KLS X SEMESTER 2
Setelah melalui proses pembelajaran siswa memiliki kemampuan untuk:
• Latar belakang musik non tradisional.
a. Kegiatan awal : Memotivasi siswa , 5 menit.
• Memberi tugas pekerjaan rumah untuk berlatih keras lagu-lagu yang sudah diajarkan.
1. Jelaskan dan berikan contohnya ! Apa yang dimaksud dengan Musik non tradisional?
Gesang dengan iringan intrumen musik yang sudah kamu kuasai dengan baik. Setiap
kelompok boleh terdiri wanita saja, laki-laki saja, atau campuran laki-laki dan wanita yang
masing-masing kelompok maksimal 8 orang!
▪ El emen-elemen musik
▪ Karya musik dan lagu non tradis
III. Metode Pembelajaran :
a. Kegiatan awal : Memotivasi siswa 5 menit
▪ Mengucap salam dan melihat kondisi kelas apa sudah cukup kondusif untuk melaksanakan proses pembelajaran.
▪ Mengabsensi siswa dan menulis materi pokok bahasan yang akan dibe
b. Kegiatan inti : 35 menit
▪ Menjelaskan materi jenis-jenis musik dan elemen musik non tradisional
▪ Berlatih bernyanyi lagu-lagu non tradisional.
▪ Seperangkat alat musik Band
a. Kegiatan awal : 5 menit untuk memotivasi siswa
• Mengucap salam dan melihat kondisi kelas apa sudah cukup kondusif untuk proses pembelajaran.
• Mengidentifikasi kepanitiaan pergelaran musik
3. Sebutkan dan jelaskan 4 unsur dalam seni vocal !